Kamis, 17 Mei 2012
teladan Shabiyah dalam dakwah dan jihad
a. Ummu Sulaim (Rumaisha binti Malhan), istri Abu Thalhah
dakwatuna.com - Anas berkata: “Abu Thalhah datang untuk meminang Ummu Sulaim, Ummu Sulaim berkata: “Sesungguhnya tidak patut bagiku untuk bersuami dengan orang musyrik. Apakah engkau tidak tahu wahai Abu Thalhah, sesungguhnya Tuhan-Tuhan yang engkau sembah itu adalah hasil pahatan seorang tukang batu dan sesungguhnya jika engkau menyalakan api pada tuhan-tuhanmu, maka ia akan terbakar.”
Kemudian Abu Thalhah pergi meninggalkan Ummu Sulaim dan ada sesuatu terjadi di hatinya setelah mendengar perkataan Ummu Sulaim.
Berkali-kali abu Thalhah datang untuk meminangnya, tapi jawaban Ummu Sulaim tetap sama, sampai akhirnya hidayah Allah datang, Abu Talhah masuk Islam, dan keislamannya menjadi mahar pernikahannya dengan Ummu Sulaim. Dari hasil pernikahannya, lahirlah putra-putri yang semuanya hafiz Qur’an.
b. Ummu Suraikh
Ummu Suraikh Ghaziyah binti Jabir bin Hakim dengan kesabarannya, mengisahkan orang yang menyiksanya:
Ibnu Abbas berkata: “Islam telah masuk ke dalam lubuk hati Ummu Suraikh, ketika ia berada di mekah. Akhirnya ia pun masuk Islam. Kemudian secara diam-diam ia masuk ke dalam golongan wanita Quraisy, ia pun membujuk wanita itu, hingga akhirnya masuk Islam. Misinya diketahui oleh penduduk mekah, mereka membawanya kepada Ummu Sulaim dan berkata: Jika bukan karena kaummu, kami pasti sudah membunuhmu”
Kaum Mekah kemudian membawanya di atas unta tanpa satu alas pun. Mereka membiarkan aku di tengah padang pasir yang luas dan panas selama 3 hari tanpa makan dan minum. Mereka beristirahat, dan ketika mereka beristirahat Ummu Sulaim mendapatkan sesuatu jatuh dari atas, yang ternyata adalah ember yang berisi air, sehingga ia minum sampai cukup, dan menyegarkan badan dan pakaiannya dengan air tersebut. Ketika kaum Quraisy terbangun, dia kaget, karena mendapatkan Ummu suraikh dalam keadaan segar dan basah oleh air, dan menuduh bahwa ia telah mengambil air milik mereka.
Anas bin Malik RA berkata:
“Rasulullah SAW pergi berperang bersama Ummu Sulaim dan para wanita kaum Anshar. Jika perang telah usai, para wanita itupun memberi minum kepada bala tentara. Mereka juga mengobati tentara yang terluka.” (HR. Muslim).
Rabbi binti muawid berkata:
“Kami ikut perang bersama Nabi saw, Kami memberi minuman kepada bala tentara, melayani mereka, membawa para syahid yang terbunuh, dan orang-orang yang terluka untuk kembali ke madinah.” (HR. Bukhari)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar