Selasa, 30 November 2010

PERAN TARBIYAH AKHWAT

Masyarakat Islam tidak akan pernah bisa kembali pada keagungan dan kepujian masa lalunya selama muslimah tidak diberikan perhatian yang memadai dan penghargaan semestinya. Juga waktu yang cukup dan memungkinkan untuk menunaikan perannya, melaksanakan risalah dan tanggung jawabnya yang mendesak dan signifikan dalam mendidik umat, menyadarkan putra-putrinya untuk mencintai dakwah ilallah, mengerahkan tenaga, pengorbanan, dan darma baktinya dalam seluruh bidang, baik aspek ekonomi maupun sosial.


Secara umum, peran tarbiyah akhwat di era baru ini tetap tidak meninggalkan esensi risalah dakwah sejak masa Rasulullah saw. Bentuk tantangan yang berbeda hanyalah melahirkan bentuk aplikasi amal yang mungkin berbeda. Dapat disimpulkan, peran tarbiyah akhwat yang
utama adalah:


1. Mentarbiyah akhwat sebagai pencetak generasi yang rabbani

Muslimah adalah ibu, saudara perempuan, istri dan putri tercinta, maka dialah yang melahirkan manusia dan mendidik umat. Di pundak muslimah ada beban berat dalam membangkitkan masyarakat dan umat kita. Muslimahlah yang bertanggung jawab mendidik penguasa, dan setiap mas-ul dalam negara. Di belakang setiap masul yang sukses, lagi bertaqwa kepada Allah dalam amal kehidupannya, kita jumpai seorang muslimah, yang malam-malamnya tidak tidur demi untuk mentarbiyah dan mentakwiin mas-ul tersebut; mentakwinnya dengan benar,dan mempersiapkannya dengan bagus demi untuk kebaikan dien dan umatnya.

Proses tarbiyah harus mampu mendidik dan mengarahkan muslimah untuk menjadi ibu pembangunan dan pengasuh rumah yang cerdas. Dialah arsitek yang brilian dalam menata rumahnya, dokter yang cakap dalam menyiasati pertumbuhan dan menyuburkan bangunan rumahnya, dan mendidik anak-anaknya. Dia mampu menciptakan taman kebahagiaan dan kasih sayang.

Muslimah yang tertarbiyah akan mampu mendidik putra-putrinya menjadi generasi rabbani, yang mencintai dan dicintai Allah SWT, yang cinta kepada kebaikan dan benci keburukan. Ibu muslimah mampu menumbuhkan kekuatan anak-anaknya untuk mengembangkan jati diri, mengobarkan semangat jihad dan cinta mati syahid kepada mereka, sehingga hanya Allah tujuan mereka, Al Quran panduan hidup mereka dan jihad adalahjalan hidup mereka, serta kematian fi sabilillah adalah harapan luhur mereka.

2. Mentarbiyah akhwat sebagai annasiru taghyir (agent of change) bagi 120 juta muslimah di Indonesia!

Dakwah kepada Allah merupakan seruan yang paling luhur, tugas yang paling terhormat dan tujuan yang sangat mulia. Dakwah merupakan hal yang pelakunya menempati singgasana paling tinggi yang tidak bisa ditandingi siapapun kecuali oleh orang yang dipilih langsung oleh Allah. Di dunia Allah berikan kebahagiaan kepadanya, dan di akhirat ia dihujani dengan pahala dan ganjaran yang sempurna. Dakwah adalah tugas para Nabi dan Rasul, serta orang-orang beriman, termasuk muslimah di dalamnya! Benar, kemuliaan dan amanah ini tidaklah hanya menjadi milik laki-laki.

Sejarah Islam telah mencatatnya dengan tinta emas, bagaimana para muslimah shalihah terdahulu turut berperan dalam kancah dakwah dan jihad. Pun di masa kini, setiap orang yang menatap kondisi umat kita sekarang, tahu akan kebutuhan yang mendesak terhadap peran muslimah dalam medan dakwah.

Muslimah adalah orang yang paling pantas melakukan tugas dakwah di kalangan wanita. Karena muslimahlah orang yang paling paham akan tabiat, kondisi dan problema wanita. Islam sangat membutuhkan muslimah yang sadar dan peka, yang tahu kebutuhan umat, yang mengerahkan kemampuan untuk membangkitkan muslimah lainnya, mendidik mereka agar iltizam terhadap ajaran diennya, serta punya kepedulian terhadap berbagai kondisi umat Islam.

Pada dasarnya, hasil yang ingin dicapai pada generasi penerus yang rabbani dan masyarakat muslimah khususnya, sebagai hasil dari proses tarbiyah, adalah sama. Tarbiyah menghendaki lahirnya pribadi yang memiliki beberapa karakteristik berikut:

1. Beraqidah lurus
2. Mampu beribadah dengan benar, sesuai syariat Rasulullah saw
3. Memiliki akhlaq yang tangguh dan mampu mengendalikan nafsu syahwat
4. Mampu menunjukkan potensi dan kreativitas dalam dunia kerja
5. Memiliki keluasan wawasan
6. Memiliki kekuatan fisik
7. Mampu senantiasa memerangi hawa nafsunya
8. Mampu mengatur segala urusannya sesuai keteraturan Islam
9. Mampu mengatur dan memelihara waktunya
10. Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain

Kedua kedudukan akhwat di atas -sebagai pencetak generasi rabbani dan anasiru taghyir bagi muslimah lainnya- adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan. Tawaazun antara kewajiban dakwah dan rumah tangga merupakan sebuah tuntutan. Muslimah da'iyah yang sadar, harus mengatur kehidupannya serta bersikap seimbang dalam melaksanakan berbagai tanggung jawabnya. Muslimah da'iyah tidak boleh hanya menyibukkan diri dengan amal-amal dakwah namun meremehkan rumah tangga, juga tidak seharusnya muslimah dai'yah hanya berkutat mengurusi rumah dan anak-anak, tapi lupa tugas dakwah dan risalahnya yang luhur.

Dalam rangka menunaikan kedua amanat mulia tadi, seorang muslimah haruslah memiliki bekal yang cukup, agar ia mampu beristiqamah dalam setiap langkahnya. Bekal tersebut antara lain:
1. Niat yang ikhlas
2. Kesungguhan dalam beramal
3. Keteladanan, baik dalam hal hablum minallah maupun hablum minannas.

Selain itu ada beberapa karakter yang asasi dan esensial yang harus dilengkapi seorang muslimah da'iyah, agar perjalanan dakwah dapat berlanjut, amal tiada henti, dan dapat berjuang dengan gigih meraih kemenangan dunia dan akhirat. Jika sifat ini lenyap atau sebagian besarnya punah dari diri seorang muslimah da'iyah, maka ia hanya akan memetik kegagalan dan menyeleweng dari jalan.

Muslimah da'iyah harus mentarbiyah dirinya dengan karakter-karakter berikut:
* Pemahaman yang shahih tentang ajaran Islam sebagai dien yang menyeluruh dan sempurna
* Menjadikan keikhlasan sebagai landasan setiap amal perbuatannya dan menjauhi riya & ujub
* Senantiasa beramal dengan mengerahkan sekuat tenaga dan pengorbanan di jalan dakwah
* Membentengi setiap langkah dengan sifat shabar, baik dalam ketaatan kepada Allah, menjauhi larangan-Nya, dalam mushibah serta dalam menanggung beban dakwah dan menghadapi kesulitan yang dijumpainya di tengah manusia. Shabar dalam mentarbiyah dan mentazkiyah jiwamanusia.
* Menahan diri dari berbagai kelezatan, nafsu dan kenikmatan yang sebenarnya dihalalkan, serta meredam diri dari kesenangan dan pelampiasan ambisi
* Berempati terhadap permsalahan yang didahapi orang lain
* Bersedia menerima nasehat, saran dan gagasan, darimana pun datangnya
* Berpenampilan, bertutur kata dan berperi laku yang paling baik
* Menjadi pelopor dalam bertaqarrub ilallah, paling rajin beribadah, paling banyak dzikirnya, bergegas dalam beramal kebaikan, dsb

Sungguh, jalan tidak sekonyong-konyong terbentang dengan sendirinya di hadapan muslimah, sehingga ia bisa meraih cita-citanya secara sempurna. Namun, ketika hujan turun, yang pertama kali jatuh adalah tetesan, setitik demi setitik yang membesar. Boleh jadi, ini hanyalah sebuah langkah, maka jadikanlah langkah ini sebagai jalan pembuka untuk mendidik generasi masa kini dan yang akan datang sebagai generasi yang rabbani. Saat ini kita tengah membutuhkan seni mencetak generasi dan mengkader orang yang mampu memimpin umat menuju kedudukannya yang asli dan ketinggiannya yang sejati. Apakah kita telah berupaya mengambil peran untuk mewujudkan seni mencetak generasi dan mengkader manusia ini? Pada hari kiamat ada kebinasaan dan penyesalan bagi orang yang lengah dalam dakwah dan tidak menunaikan hak-haknya. Masa depan adalah untuk Islam, dan muslimah yang sadar dan tanggap kelak akan mempersembahkan sumbangsihnya untuk membangun kembali umat ini.


Wallahu 'alam


http://muslimahfe3sakti.multiply.com/journal/item/2/PERAN_TARBIYAH_AKHWAT_DI_ERA_BARU